Dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari, kita sering menjumpai kata-kata tidak baku yang begitu akrab di telinga. Salah satu contohnya adalah kata nyemil dan ngemil. Keduanya sering digunakan untuk menggambarkan aktivitas makan makanan ringan di sela waktu utama. Namun, pertanyaannya adalah: penulisan yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia yang baku itu nyemil atau ngemil?
Artikel ini akan membahas secara mendalam perbedaan nyemil dan ngemil, asal-usul katanya, bentuk baku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), serta bagaimana kita seharusnya menggunakan kata tersebut dalam konteks formal dan informal. Dengan pembahasan yang lengkap dan edukatif, kita diharapkan dapat lebih cermat dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Fenomena Kata Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berkembang secara dinamis seiring dengan kebiasaan penuturnya. Banyak kata yang awalnya bersifat lisan kemudian menjadi sangat populer, meskipun tidak semuanya diakui sebagai bentuk baku. Kata seperti nyemil dan ngemil adalah contoh nyata bagaimana kebiasaan bertutur dapat melahirkan variasi bahasa.
Dalam komunikasi sehari-hari, penggunaan kata tidak baku sering kali dianggap wajar. Namun, dalam konteks akademik, jurnalistik, atau penulisan resmi, kita tetap dituntut untuk menggunakan bentuk bahasa yang sesuai dengan standar.
Asal-Usul Kata Ngemil
Kata ngemil berasal dari kata dasar kemil, yang dalam bahasa Jawa memiliki makna “menggigit sedikit demi sedikit” atau “memakan makanan kecil”. Dalam proses pembentukan kata kerja informal bahasa Indonesia, awalan nge- sering kita gunakan untuk membentuk verba aktif, misalnya ngecat, ngelem, dan ngedit.
Dari proses inilah muncul kata ngemil, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia ragam lisan dan digunakan secara luas oleh masyarakat. Seiring waktu, kata ini menjadi sangat populer dan bahkan cukup lumrah dalam berbagai situasi komunikasi.
Bagaimana dengan Kata Nyemil?
Sementara itu, kata nyemil sebenarnya merupakan variasi pelafalan dari ngemil. Perubahan bunyi dari “nge-” menjadi “nye-” kerap terjadi dalam bahasa lisan, terutama karena faktor kemudahan pengucapan dan kebiasaan daerah.
Namun, perlu kita pahami bahwa perubahan bunyi dalam bahasa lisan tidak serta-merta menjadikannya bentuk yang baku. Kata nyemil lebih tepat dipahami sebagai bentuk tidak baku atau bentuk tutur sehari-hari yang tidak dianjurkan untuk digunakan dalam penulisan resmi.
Bentuk Baku Menurut KBBI
Untuk menentukan penulisan yang benar, rujukan utama yang perlu kita gunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam KBBI, kata yang tercantum sebagai entri resmi adalah ngemil, dengan arti “makan sedikit-sedikit; makan makanan ringan di sela waktu makan”.
Sementara itu, kata nyemil tidak tercantum sebagai entri baku. Hal ini menegaskan bahwa menurut kaidah bahasa Indonesia, penulisan yang benar dan diakui secara resmi adalah ngemil, bukan nyemil.
Ngemil dalam Ragam Formal dan Informal
Penggunaan dalam Ragam Informal
Dalam percakapan santai, pesan singkat, atau media sosial, penggunaan kata nyemil sering kali tidak menjadi persoalan. Kita bebas menggunakan bahasa yang lebih cair dan ekspresif, selama pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh lawan bicara.
Contoh penggunaan informal:
- “Lagi nyemil keripik sambil nonton film.”
- “Sore enaknya nyemil sesuatu yang manis.”
Penggunaan dalam Ragam Formal
Berbeda halnya dalam penulisan formal seperti artikel ilmiah, berita, karya tulis, atau konten edukatif. Dalam konteks ini, kita sebaiknya menggunakan bentuk baku, yaitu ngemil.
Contoh penggunaan formal:
- “Kebiasaan ngemil berlebihan dapat memengaruhi pola makan seseorang.”
- “Ngemil di antara waktu makan utama sebaiknya tetap memperhatikan nilai gizi.”
Pentingnya Menggunakan Kata Baku
Menggunakan kata baku bukan semata-mata soal mengikuti aturan, tetapi juga mencerminkan sikap kita terhadap bahasa Indonesia. Bahasa yang tertata dengan baik akan memudahkan komunikasi, mengurangi ambiguitas, serta meningkatkan kredibilitas tulisan.
Dalam dunia pendidikan dan penulisan profesional, konsistensi penggunaan bahasa baku menjadi indikator penting kualitas sebuah karya. Oleh karena itu, memahami perbedaan antara bentuk baku dan tidak baku seperti ngemil dan nyemil menjadi hal yang sangat relevan.
Kesalahan Umum Terkait Kata Ngemil
Salah satu kesalahan yang sering kita temui adalah menganggap semua kata yang populer otomatis menjadi baku. Popularitas tidak selalu sejalan dengan kebakuan. Kata nyemil boleh jadi lebih sering terdengar, tetapi bukan berarti ia lebih benar secara kaidah.
Kesalahan lain adalah mencampuradukkan penggunaan ragam bahasa. Dalam satu tulisan formal, penggunaan kata tidak baku dapat menurunkan kualitas dan kesan profesional tulisan tersebut.
Tips Agar Tidak Salah Menulis Nyemil atau Ngemil
Agar kita tidak lagi keliru, berikut beberapa tips sederhana yang bisa kita terapkan:
- Biasakan mengecek kata di KBBI sebelum menulis.
- Pisahkan penggunaan bahasa lisan dan bahasa tulis formal.
- Gunakan bentuk baku ngemil dalam tulisan resmi.
- Perbanyak membaca tulisan berkualitas untuk memperkaya kosakata baku.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa penulisan yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia adalah ngemil, bukan nyemil. Kata nyemil hanyalah variasi lisan yang tidak tercatat sebagai bentuk baku.
Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih bijak dan tepat dalam menggunakan bahasa Indonesia, baik dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam penulisan formal. Mengutamakan bentuk baku bukan berarti kaku, melainkan menunjukkan kepedulian kita terhadap ketepatan dan kelestarian bahasa.